SATU SEMESTER MENGENALMU
Kesibukan semester akhir menjelang wisuda
benar-benar melelahkan, di tambah lagi dengan pindahan rumah yang berlokasi
lumayan jauh dari kampus, tetapi ada yang melelahkan lagi yaitu hatiku. Aku
berusaha menguatkan hatiku untuk bisa berdamai dengan perasaanku. Aku hanya
berhusnuzan kepada Tuhan yang maha memiliki takdir. Tuhan selalu memiliki cara
yang tidak lazim. cara yang mengharukan. cara yang membuatku akan berterima
kasih dan bersyukur. Rasanya aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku pikir Tuhan
memberiku jalan untuk lebih fokus pada impianku selama ini. Mungkin kamu
bukanlah impianku yang akan di jawab Tuhan, tetapi keberadaanmu selama ini
membuat semangat semester terakhirku selama kuliah lebih terjaga. Aku
bahkan tidak tau siapa namamu, sering bertemu di gang rumah tapi tidak saling
menyapa dan aku juga tidak berani mengartikan tatapanmu yang terkesan sendu
itu. Entah kamu menatapku atau tidak pernah menganganngapku pernah ada di muka
bumi pertiwi ini. Kamu yang sering terlihat memakai kaos biru dan jaket
stripe kesayanganmu. Aku bahkan sudah tahu dan khatam kapan jadawalmu lewat di
depan rumahku, semua itu membuat jantungku bergetar tak terkendali. pernah
suatu sore kamu menatapku dan aku reflek membalas tatapanmu dalam sepersekian
detik untuk kemudian mengalihkan tatapan itu. Apakah kamu juga merasakan hal
yang sama denganku? mengapa perasaan ini membuatku ingin menangis. Ini tidak
seperti diriku yang aku kenali dulu. Ada waktu dimana aku benci pada perasaanku
tepatnya ketika aku menyukai seseorang, karena sulit bagiku untuk menjadikan
perasaan itu seperti semula ( biasa saja).
Mungkin aku hanya mengagumi karena ketidaktahuanku tentang
dirimu yang semu. Aku harap ada jalan yang akan menemukan kita kembali
meski tidak saling menyapa dan saling tahu nama, tapi itu semua sempurna
membuat hidupku bahagia. Untukmu yang menyukai warna biru pemilik tatapan sendu.