Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Setelah disahkan, ikrar pemuda itu pun menjadi tonggak bersatunya bangsa Indonesia. ”Yaminlah yang mengubah kata Ikrar menjadi Sumpah,” kata sejarawan Anhar Gonggong.
Sejak itu, setiap 28 Oktober, Yamin yang pernah menjabat Menteri Kehakiman, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Sosial di masa Soekarno itu selalu diundang hadir dalam peringatan Sumpah Pemuda. Herbert Feith menyebut tokoh yang meninggal pada 17 Oktober 1962 itu sebagai ”seorang ideologis nasionalis yang berada persis di belakang presiden.”
Kini kita seperti kembali kemasa silam. Merenungkan kembali makna SUMPAH PEMUDA. Apakahdi hati kita jiwa persatuan itu ? jiwa yang diharapkan oleh para pemuda dulu. Memang benar bahwa Negara Indonesia sudah sangat jauh perubahan tentang IPTEK, namun juga sangat jauh perubahan dikala moral. Bukannya bersatu namun malah mencarijalan perseteruan. Bukankah kita dituntut untuk satu, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Cinta tanah air memang sudah sedari dulu dicanangkan. Namun pengaruh luar yang sangat besar membuat masyarakat Indonesia yang entah pasif atau terlalu fleksibel menjadi goyah. Baik itu bersifat positif maupun negative.
Namun disini saya berharap Indonesia bisa kembali berhati masa silam danberjiwa patriotism seperti kala sedang menonton bola…
0 komentar:
Posting Komentar